Free From Worry and Guilt by Bp. John Mantofa

Pro M 3 Agustus 2013

Di bulan Road to Multiplication ini, kita tidak hanya belajar melipatgandakan karunia dan berkat rohani di dalam Tuhan, tetapi kita juga harus belajar melipatgandakan kemampuan kita untuk mengatasi perasaan rasa bersalah.

God gives us freedom, but to live as a free man is a choice.

Tidak selalu rasa bersalah itu buruk. Rasa bersalah yang baik adalah conviction, teguran dari Roh Kudus, karena membuahkan pertobatan dalam hidup kita, membuat kita menjadi pribadi yang lebih baik. Rasa bersalah yang baik muncul karena Roh Kudus berbicara dalam hidup kita.

Mazmur 32:3-5
Selama aku berdiam diri, tulang- tulangku menjadi lesu karena aku mengeluh sepanjang hari; sebab siang malam tangan- Mu menekan aku dengan berat, sumsumku menjadi kering, seperti oleh teriknya musim panas. Sela Dosaku kuberitahukan kepada- Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: ” Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran- pelanggaranku, ” dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. Sela Rasa bersalah yang tidak baik, yang selalu kita pikul namanya “condemnation” atau penghakiman/penghukuman/tuduhan.

Roma 8:1
Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.

Penghukuman ini datangnya bukan dari Kristus, tetapi dari manusia itu sendiri dan juga dari iblis. Condemnation ini adalah sesuatu yang seharusnya tidak kita pikul, tetapi selalu kita bawa kemana-mana. Penyebab condemnation muncul adalah illusion of control, sebuah ilusi/tipuan bahwa kita bisa mengkontrol hal-hal yang terjadi dalam hidup kita.

Orang tua akan merasa bersalah jika anaknya ketika besar menjadi tidak seperti yang diharapkan. Atau kasus anak yang merasa bersalah karena kondisi keungan terbatas sehingga tidak bisa mengobatkan orang tua ke luar negeri. Ada hal-hal yang terjadi dalam hidup kita, entah kita sadari atau tidak, baik atau tidak, tidak bisa kita kontrol atau kendalikan. Kita terkadang merasa bisa mengendalikan suatu keadaan, dan ketika yang terjadi di luar yang diharapkan, dari sanalah rasa bersalah itu muncul.

Di dalam hidup ini jika kita merasa bisa mengendalikan segala sesuatunya, kita bisa menjadi stress. Dan saat itulah kita melupakan God Factor yang ada dalam hidup kita. Padahal yang sebenarnya Tuhan lah yang mengendalikan segala sesuatunya. Alkitab pun berkata bahwa sehelai rambut kita jatuh pun ada di dalam kendalinya Tuhan.

Contoh kasus saat kita berusaha mengendalikan misalnya setelah menikah harus segera punya anak, daripada nantinya tidak punya anak. Padahal punya anak atau tidak adalah keputusan Tuhan, bukan keputusan manusia. Di sinilah tipuan/ilusi bahwa kita bisa mengendalikan situasi itu muncul, rasa bersalah itu muncul. Di saat inilah kadang kita suka berandai-andai bahwa seandainya setelah menikah langsung punya anak, maka akan bisa punya anak.

Bagaimana cara mengatasi rasa bersalah yang tidak perlu dalam hidup ini:

1. Kita harus mengerti bahwa Tuhan sudah mengampuni kita secara penuh dan mencintai kita apa adanya.
Apa yang sudah Dia lakukan di kayu salib lah yang menyelamatkan hidup kita, bukan karena kita berbuat baik. Namun demikian kita tetap berbuat baik karena jika berbuat jahat ada konsekuensinya dan juga kita berbuat baik adalah untuk menyenangkan hati Tuhan.

Tuhan melihat kita sebagai anak yang sangat Dia cintai. Tuhan tidak pernah melihat kita sebagai anak hanya saat ita berbuat baik, dan saat kita berbuat kurang baik, kita menjadi setengah anak atau bukan anak. Cinta Tuhan kepada kita itu penuh dan tidak setengah-setengah.

1 Yohanes 4:18
Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih.

Obat dari rasa takut adalah kasih Tuhan. Kita harus mengetahui bahwa Tuhan mencintai kita apa adanya.

Saat kita berusaha mengendalikan segala sesuatu dalam hidup ini, kita pasti gagal. Dan saat kita sudah gagal, kita akan merasa kecewa.

Kekuatiran selalu muncul saat kita berpikir lebih dari 24 jam ke depan, karena Alkitab sendiri berkata bahwa kesusahan sehari cukuplah untuk sehari. Kasih karunia Tuhan diberikan ke dalam hidup kita itu 24 jam demi 24 jam.

2. Kita harus belajar mengampuni diri sendiri.
Kita ini adalah musuh terbesarnya kita sendiri. Kemana-mana kita pergi, dia selalu ada bersama dengan kita. Oleh karena itu kita harus belajar mengampuni diri sendiri. Namun kita masih tetap punya pilihan, mau tetap memegangi kendali tersebut atau mau melepaskan dan mengampuni diri sendiri.

Oleh karena kita teman kita meninggal. Oleh karena kita yang sering main-main sehingga tidak bisa membahagiakan orang tua kita. Oleh karena kita pelayanan kita tidak berada di tempat sebagaimana kita seharusnya berada. Oleh karena kita tidak menginjili teman kita sehingga dia tidak menerima keselamatan. Dan banyak hal lainnya yang mungkin terjadi di luar kendali kita. Kita harus belajar mengampuni diri kita sendiri dan mengetahui bahwa tidak semuanya bisa kita kendalikan.

Semakin kita berusaha sempurna dalam hidup ini, kita akan gagal. Dan saat kita gagal, kita akan menyalahkan diri sendiri.

3. Segala sesuatu ada di dalam kendali Tuhan dan tidak ada sesuatu yang dapat kita lakukan yang dapat mengubah kedaulatan Tuhan atas apa yang terjadi dalam hidup kita.

Daniel 3:17-18
Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala- nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu. “

Sadrakh, Mesakh, dan Abednego adalah contoh orang yang menghidupi diri mereka sebagai “free man”. Mereka berdoa dan klaim dengan iman bahwa Allah sanggup melepaskan mereka, namun mereka juga berdoa bahwa mereka meletakkan semuanya dalam kendali Tuhan.

Seringkali kita berdoa hanya bagian pertama dan memaksakan kehendak kita yang terjadi. Saat kita berkata bahwa terjadilah menurut kehendak Tuhan, kita merasa bahwa kita kehilangan kontrol atas apa yang kita doakan. Dan di sinilah muncul penyangkalan diri, yang akhirnya mengakibatkan muncul rasa bersalah yang tidak perlu.

God, grant me the serenity to accept the things I cannot change (Tuhan, beri aku ketenangan hati untuk menerima hal-hal yang tidak dapat aku terima),
The courage to change the things I can (Keberanian untuk menerima yang dapat aku terima),
And wisdom to know the difference (Dan hikmat untuk membedakan keduanya).

4. Percayalah bahwa apa yang kelihatannya hancur di hadapan kita, bahwa Tuhan sedang membuatnya menjadi pas dan sesuai.

Believe what is to be falling apart, is actually falling into place.

Contoh di Alkitab adalah kisah kehidupan Yusuf. Jalan kehidupan Yusuf seolah-olah hancur di mata manusia. Namun jika tidak ada kejadian Yusuf dijual sebagai budak dan masuk penjara, maka tidak ada masa keselamatan bangsa Israel dari bencana kelaparan tujuh tahun. Lalu berikutnya tampak seolah hancur lagi ketika Firaun berkuasa dan bangsa Israel menjadi budak. Namun akhirnya menjadi pas dan sesuai saat Musa muncul membawa bangsa Israel keluar dari perbudakan.

Pro M 3 Agustus 2013 Kotbah

Selama hidup kita di bumi ini, semuanya tidak ada yang sempurna, jadi jangan pernah berusaha untuk menjadikannya sempurna.

Source: Rangkuman Kotbah Ibadah Pro-M Revolution 03 Agustus 2013 – Gereja Mawar Sharon Surabaya

Tinggalkan komentar